Reading
akan jadi masalah jika kamu memikirkan apa yang tidak ada padamu,
yang telah hilang atau yang memilih pergi. Semesta punya pola
kontemporer untuk menyindir dan bersenda gurau dengan kepedihan. hingga
ada yang mengatakan bahwa “kehilangan tidak pernah lunas dipersiapkan”.
kau menaruh dendam pada takdir, kau pikir Dia tidak adil, kau
letakkan gulungan “rasa bersalah” pada pundakmu. lalu kau pergi berlalu,
menemui sepi kawan barumu, menjauh dari orang yang kau tau jelas
kualitas sayangnya padamu. kau kira mengasingkan diri dapat mengobati
ngilu di ulu hati. kau lupa ada sesal dan rasa berdosa yang kerap muncul
lancang tanpa permisi. tampil pura-pura peduli. seperti gagasan mistik
dan sebuah jebakan inspirasi. pilihanmu maka jadilah dirimu kini.
perutmu mual dan nyeri. jasadmu basah oleh peluh. matamu perih.
menangis, tanpa tau apa yang sedang kau tangisi. Dia yang menyibakmu
dengan cahaya, juga punya kuasa Menyesatkanmu. takdirmu bersemayam, di
samudra debu yang abu-abu.
apa Dia sedang terpaku manatapmu? ….
di satu per tiga malam. Penguasa Semesta turun dan lalu-lalang di
hati para pendosa. orang-orang beriman, pendusta, pecinta yang
semena-mena dan perindu yang sia-sia.
kenangan tidak lagi menampik kabut, selayak purnama yang tampak bulat
sempurna. jantungmu berdetak cepat. rindumu berontak. menyentak hebat.
napasmu tersekat, sesak. tubuh imajinermu terpanggang bulir-bulir hangat
yang menderas lewati pipi. airmata menyerah, mengaku kalah dalam geliat
getir rindu yang membiru. terlentang atau berdiri, sepi menjadi
gravitasi yang mengerikan. lunglai, keram. karam.
berbatang-batang rokok impor, kerlap lampu di temaram malam. sebotol
bir dingin menjanjikan angin surga. tapi kau mengimani sebatang klobot,
secangkir kopi hitam yang pekat, dan 5 jam pembicaraan absurd tiap akhir
minggu untuk menghadirkan lagi sejumput hawa ambisi yang pernah ambil
bagian dalam 20tahun usiamu kini?
sabar sudah terlalu sering mereka tasbihkan dalam kalimat duka dan
empati, seperti noda darah yang kering di kepala sajadah. sabar tidak
lagi berdigdaya apa-apa, apalagi memiliki massa layaknya sebuah benda.
seperti kejutan listrik di siku yang terantuk meja, kau tersadar dia
sementara, tak kuasa menembus ruang kokoh dalam dada. ruang kelam yang
penuh sesak oleh bias rindu dia di sana. mereka yang kau cinta.
alasanmu selalu sama, “anda tidak tau apa yang saya rasakan”. ya, itu
benar, tapi kau juga tidak tau apa yang telah saya rasakan. kita adalah
makhluk tidak tau yang merasa sok tau. kapasitas kita menjadi ukuran
untuk hal tertentu semacam itu.
seorang kawan lama pernah berkata:
jangan pernah mengkultuskan sesuatu. semakin kamu meraung, jatuh dan kalut pada hal itu, semakin Tuhan akan menjerumuskanmu.sabar dan dungu memang beda tipis, tapi bertahanlah sedikit lagi.
sabarlah hingga batas kemampuanmu kawan. karena kau tau, hidup ini adalah perjalanan untuk pulang.http://novembersiang.tumblr.com