Reading
Add Comment
Haji Backpacker
Memoar Mahasiswa Kere naik Haji
Penulis: Aguk Irawan
Kata Pengantar
“Kenapa kamu membawa, gula batu?”
Tanya seseorang yang duduk bersebelahan di sebuah perjalanan kereta.
“Karena perjalanan itu pahit.”
Jawab kawan sebelah itu.
Itulah anekdot yang cukup menarik
perhatianku saat aku masih berada di negeri piramida. Biasanya mereka
merepresentasikan sebuah sub etnis dengan sebutan “Sa’idy”
kalau di Saudi terkenal sebutan “Badawy” yang lugu.
Ya! Perjalanan itu memang penuh pahit
dan getir. Namun itu akan terjadi pengulangan. Sebab kerinduan
terhadap daerah yang pernah disinggahi akan tetap terjaga di
sepanjang memori. Apalagi perjalanan tersebut adalah perjalanan suci.
–Aguk Irawan
Testimoni
“Backpacker, yang biasanya
menjelajahi eksotisme pusat-pusat turisme ‘sekuler’ dunia, kali
ini ‘nyasar’ ke pekarangan Tuhan. Inilah yang membuat petualangan
haji backpacker menarik untuk diikuti.” –Ben Sohib,
Penulis novel bestseller
The Da Peci Code
“Kocak habis dan mengharukan, tidak
ada yang lebih berkesan selain haji backpacker.” –Irawan
Firdaus, Mantan Pelaku Haji Backpacker
“Sebuah pengalaman ibadah haji yang
sangat mengesankan. Tidak hanya religius, tapi juga unik, aneh,
menggelikan dan penuh intrik petualang. Saya sungguh tidak menyangka,
di balik banyak tulisan Aguk yang kritis di berbagai media, ia punya
kenangan gila seperti dalam buku ini.” –Iman Budhi Santosa,
Penyair senior Jogja dan Penulis novel
perempuan panggung
“Saya kira, tiap mahasiswa di Mesir
yang pernah pergi haji punya pengalaman yang sama. Buku ini, selain
sebagai buku pertama yang merekam jejak haji mahasiswa lengkap dengan
spiritnya, juga hadir sebagai renungan yang mendalam buat banyak
orang, terkait rumitnya menunaikan ibadah rukun kelima itu. Saya jadi
teringat ketika masih mahasiswa di Mesir dulu, berangkat haji dengan
modal nekat.” –KH. Mustafa Bishri, Alumnus
Al-Azhar Mesir dan Pengasuh Ponpes Raudlatul Thalibin, Rembang
“Awalnya saya kaget mendengar istilah
haji backpacker, tapi setelah membaca lembar demi lembar buku ini,
saya jadi tahu ada kisah seperti ini. Sungguh, perasaan saya seperti
diaduk, antara haru dan ingin ketawa. Tak berlebihan jika disebut
sebagai haji backpacker.” –Isfah Abidal Aziz,
Aktivis Muda dan Penggerak Forum Silaturahmi
Santri (Forsis)
“Berbeda dengan memoar haji lain yang
cenderung formal dan terkesan normatif. Pengalaman religi yang
seperti itu-itu juga. Buku ini tampil beda dengan segenap alurnya
yang kocak dan menghibur, tapi tak meninggal semangat religiusnya.
Salut!” –Abidah El-Khaliqie, Penulis
Novel Fenomenal Perempuan Berkalung
Sorban.
***
0 komentar:
Posting Komentar