6 min Reading
Add Comment
Mungkin diantara kita sudah mulai
teracuni bagaimana foto-foto, video, dan catatan perjalanan dari seorang kawan
yang berhasil mendokumentasikannya secara apik, tak jarang membuat kita
tertarik ingin mencobanya. Berbekal kamera saku sampai camrecorder sebagai media pendokumentasian. Pada kesempatan kali
ini saya ingin membagikan beberapa video tentang perjalanan. Yang secara tak
langsung menginspirasi saya untuk melakukan perjalanan. Dengan video atau film
pendek, kita dapat mendapat gambaran secara langsung bagaimana perjalanan
tersebut dilakukan. Tidak jarang, dari kita semakin mengerti dan terbelajar
bagaimana pejalan memberikan pesan yang berguna untuk pejalan lainnya. Berikut
tiga video atau film pendek tentang perjalanan yang menginspirasi menurut saya:
VAASTU – by WEGO
A Way to be Found. –Wego
Film yang bekerja sama dengan
Wego Indonesia ini, menceritakan bagaimana seorang pejalan wanita yang akan
mencapai tujuan perjalanannya, diawali dengan menampilkan suasana stasiun Kereta
Api di Indonesia. Aktifitas di stasiun Kereta Api yang sangat sibuk, lalu-lalang
penumpang kereta dan aktivitas petugas kereta terekam di sini. Pejalan wanita cantik ini,
terlihat sudah masuk kedalam kereta, dan nampak ia menikmati perjalanannya.
Sorotan saya, bagaimana wanita ini mencoba mencatat aktivitasnya dalam laptop
sebagai bekal dokumentasi dan pusat informasi perjalanan. Meskipun sudah
memasukkan laptop sebagai sarana informasi dan bekal perjalanan, terlihat
pejalan wanita ini berbincang dengan sesama penumpang seperti sedang menanyakan
sebuah lokasi. Ada beberapa hal yang mungkin sering kita dapatkan, yaitu pemandangan
yang dapat kita nikmati jika kita memutuskan untuk memilih moda transportasi Kereta
Api, adalah pemandangan hijau persawahan. Dan yang lebih menyenangkan, dengan
moda transportasi kereta kita terhindar dari sibuknya kemacetan.
Setibanya di pemberhentian
kereta, terlihat pejalan wanita yang mengikat rambutnya kebelakang ingin memastikan
lokasi yang ia maksud dengan menanyakan kembali kepada orang yang berpapasan
dengannya. Melewati kota tua, dan tetap berjalan menyusuri perkampungan dengan
tetap memastikan lokasi dengan berbekal peta yang ia miliki. Ternyata tak cukup
dengan mengandalkan peta. Wanita yang terlihat memakai kaos berwana merah muda
ini, bertanya kepada penduduk tentang lokasi yang ia maksud
Jika kita melakukan perjalanan
dan ingin mengerti lebih tentang bagaimana sumber alam dan potensi masyarakat
di situ, maka kunjungilah pasar tradisional seperti pada film yang dapat kita
ungguh melalui situs vimeo. Kita dapat berbaur sembari menikmati sajian kuliner
masyarakat setempat, sambil menanyakan bagaimana menuju ke lokasi yang kita
maksud. Banyak manfaat yang kita dapat jika kita mau berbaur dan bertanya
kepada masyarakat setempat, seperti yang terlihat pada film ini, bagaimana ia
mendapat tumpangan mobil pick-up
untuk melanjutkan perjalanannya bersama petani setempat.
Permasalahan yang harus kita
ketahui, bagaimana pejalan harus dapat mengatasi kelelahan yang dialaminya.
Seperti melewati daerah yang terjal atau berbukit untuk menuntaskan tujuan yang
mereka inginkan. Selain persiapan, dialog bersama masyarakat setempat secara
tak langsung sangat membatu untuk mengantisipasi hal tersebut. Untuk lebih
mengetahui bagaimana kisah pejalan wanita yang ingin menikmati pantai, dan
indahnya sinar matahari dengan deburan ombak yang menggulung-gulung, silahkan
mengunjunginya di sini.
THE EDGE OF THE EARTH – by ORANGE SODA PRODUCTION
To the Lover of wilderness Alaska
in one of the most wonderful countries in the world. –Jhon Muir
Justin Denis dan Eric Denis
adalah dua orang anak muda yang melakukan perjalanan menuju Alaska. Di video
yang berdurasi 17 menit 11 detik ini mereka berdua menampilkan bagaimana
persiapan untuk melakukan perjalanan menuju Alaska, dengan beberapa item yang mereka bawa. Terlihat juga
bagaimana mereka mengemas barang bawaan termasuk membawa ‘senapan laras panjang’
untuk bekal perjalanan. Ada beberapa yang menjadi sorotan saya, bagaimana kedua
pemuda ini mengemas perbekalan dengan terlebih dahulu menimbang tas sebelum
mereka bawa. Mungkin hal ini remeh, tapi sangat vital untuk dilakukan,
mengingat beberapa pejalan harus mengerti bagaimana beban yang mereka bawa
tidak boleh melebihi berat badan si-pembawa, karena jika itu dilanggar selain sangat
membahayakan diri, pejalan harus mengeluarkan budget lebih untuk proses boarding
pass.
Film yang diproduksi oleh Orange
Soda, juga menampilkan bagaimana proses Justin dan Eric saat berada di bandara.
Beberapa hal yang mungkin kita ketahui, bagaimana melakukan perjalanan
menggunakan moda transportasi pesawat sangat detail dalam proses screening. Mulai dari tidak menggunakan
pakaian yang memiliki hiasan logam, sampai melepas sepatu saat melewati mesin screener. Aktivitas mereka di bandara
juga tak luput dari dokumentasi di film ini. Perjalanan mereka menuju Alaska,
menggunakan transportasi pesawat sebanyak tiga kali.
Setibanya mereka di bandara
transit, mereka juga mendokumentasikan bagaimana aktivitas mereka menunggu
keberangkatan menggunakan pesawat kecil. Mereka menginap semalam untuk menuggu
keberangkatan keesokannya. Sorotan saya yang kedua, bagaimana kedua pemuda ini
mengisi waktu sehari di bandara dengan aktivitas yang cukup inspiratif dan
mengasikkan, seperti bermain kartu, sampai menelpon keluarga, dan menyiapkan
kesiapan untuk perjalanan menuju ke Alaska. Sampai bagaimana cara mereka tidur
disekitaran barang bawaannya, supaya safety.
Keesokan hari, mereka bersiap
untuk menaiki pesawat baling-baling (pesawat perintis), di sini mereka juga
mendokumentasikan bagaimana seorang pilot membawa mereka terbang meninggalkan
bandara. Tak memakan waktu lama untuk sampai di sebuah bandara transit, dimana
mereka menurunkan barang-barang bawaan. Kemudian mereka menyiapkan akomodasi
dan logistik untuk melanjutkan perjalanan, di sini terlihat bagaimana mereka
dibantu seorang wanita menyiapkan perahu karet dan mengeceknya. Kemudian mereka
dibawa menggunakan mobil dengan cup
terbuka untuk menuju sebuah danau. Ternyata mereka diantar di sebuah danau yang
menjadi tempat pesawat amphibi berada.
Dengan lintasan pesawat yang menggunakan lintasan danau mereka diantar untuk
menuju lokasi yang mereka akan tuju. Saat perjalanan menggunakan pesawat
baling-baling, pemandangan pegunungan terlihat begitu memikat, sungai-sungai
kecil terlihat seperti jalan yang berkilauan. Dan pada akhirnya mereka mendarat
di sebuah danau kecil yang tak berpenghuni.
Setibanya, Justin segera memompa
perahu karet berwarna biru dengan pompa kaki. Sangat menajubkan bagaimana
Alaska menyambut mereka dengan pemandangan padang rumput hijau yang lembut.
Terlihat Justin sedang tiduran sambil menutup mukanya dengan topi, diantara tas
dan perlengkapan lainnya. Terlihat bagaimana aktivitas Rusa yang mencari makan
juga tak luput dari dokumentasi mereka. Kemudian tenda berwarna krem keputihan
sudah berdiri disamping sungai kecil yang berarus tenang dan bersebelahan
dengan bukit dari pegunungan Alaska yang nampak dingin dan kokoh. Mereka mulai
aktivitas mereka dengan membuat makanan dan mulai menyusuri sungai. Untuk mengetahui
bagaimana Justin dan Eric melakukan perjalanan dan mencapai tujuan perjalanan
untuk merekam indahnya Alaska silahkan mengunjunginya disini.
HOMELAND – by HIFATLOBRAIN
No one realizes, how beautiful it
is to travel until he comes home. –Homeland
Saya mencoba merangkum dari dua
cerita di atas, Homeland yang di buat oleh situs travel institut yang bernama
Hifatlobrain. Menceritakan bagaimana sebuah keindahan dari sebuah perjalanan,
dengan pendokumentasian menggunakan media kamera digital, saat seorang pejalan
pria yang menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Pejalan
tersebut memutuskan Bromo sebagai tujuan perjalanannya. Menyusuri pemukiman
warga, dan mengabadikan momen bersama masyarakat setempat merupakan sebuah
momen yang tak terlupakan saat pulang nanti.
Pada video yang berdurasi 1 menit
38 detik ini, secara tersirat berusaha memberi pesan bagaimana seorang pejalan
harus mampu menentukan batas dari perjalanannya. Pada saat pejalan pria ini,
mengunjungi salah satu kedai kopi yang berada di daerah Bromo. Pejalan pria
tersebut memesan kopi, ia teringat akan Ibunya yang berada di rumah yang sering
membuatkan kopi untuknya.
Dan pada akhirnya, seorang
pejalan pria ini harus memutuskan perjalanan selanjutnya. Akankah ia kembali
kerumah, atau tetap melanjutkan perjalanannya ke tempat selanjutnya? Untuk
lebih mengetahui silahkan mengunjunginya di sini.
0 komentar:
Posting Komentar