3 min Reading
2
Comments
![]() |
Foto: Abdurrahman A. |
Pada sebuah kesempatan,
saat saya membuka blog dan memutuskan memutar daftar bacaan di list
blog saya. Ada beberapa bacaan dari acara blogwalking yang
saya lakukan, terutama dari blog Nona Ransel yang sangat menyita
perhatian. Nona Ransel pada kesempatannya menuliskan sebuah opini
berjudul ‘Career Break’ lebih tepatnya ‘Arti
Penting Sebuah Career Break’.
Saya tertarik untuk membacanya sampai habis dan mencoba memahami inti
dari tulisan tersebut. Nona Ransel atau boleh saya sebutkan dengan
inisial (NR), menceritakan bagaimana ia merasakan sebuah kejenuhan
dari pekerjaaan yang selama ini ia jalani. NR memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaannya dan meneruskan mimpinya dalam dunia
travelling yang sempat tertunda, menurut saya ini adalah
keputusan yang gila.
NR adalah seorang wanita
yang melakukan passion-nya di bidang solo travelling,
dan ia bukanlah wanita satu-satunya yang menganut paham female
solo travelling. Ada banyak wanita di luar sana yang memiliki
passion serupa, seperti Trinity yang sudah sangat meracuni
pembaca dengan seri buku garapannya ‘The Naked Traveller’. Sampai
sekarang, saya masih bertanya-tanya: “Ide gila dari mana yang
mereka dapat, sampai benar-benar memutuskan berpergian seorang
diri?”. Beberapa opini yang mereka katakan kepada pembaca adalah
perlawanan dari ‘zona nyaman’, dan penggapaian mimpi dalam sebuah
passion travelling yang merasa ‘terkungkung’ jika hanya
ditentukan dengan kalender libur dan cuti yang menurut mereka terlalu
singkat.
Kembali ke sebuah pikiran
career break seorang NR, yang beranggapan bahwa dengan
melakukan solo travelling selama kurang lebih 14 bulan
mengelilingi beberapa belahan bumi dan hidup dalam sebuah
ketidakpastian (jika saya boleh mengatakan seperti itu).
NR meyakini proses solo travelling-nya sebagai sebuah
kedamaian personal dan merupakan bagian dari kehidupannya.
Pertama kali membaca,
saya mempunyai pemikiran bahwa NR sedang punya masalah yang sangat
serius. Masalah keluarga, masalah pekerjaan, atau masalah
asmara, mungkin? Haha..
Tetapi personal
passion seseorang menjadi hal yang sangat mutlak dimiliki. Karena
menurut saya kita sudah sangat jengah dijejali rasa dan pikiran yang
sama. Ambil contoh saat saya merayakan ultah yang ke 4, banyak orang
tua dan keluarga menanyakan cita-cita kepada saya. Padahal saya pada
saat itu hanya ingin bermain dan mengenal lebih banyak teman. Malah
ada hal lucu, saat saya datang ke acara ultah teman semasa kecil,
saat Ayah dan Ibunya menanyakan cita-cita kepada teman saya. Teman
saya menjawab ingin menjadi Power Ranger sambil
menangis, kemudian Ayah dan Ibunya malah tertawa terbahak-bahak,
kemudian menimpali kalau buah hatinya lebih cocok menjadi seorang
dokter. Seandainya Ayah dan Ibunya mengerti perasaan anaknya. Kalau
teman saya ini, ingin sekali mendapat hadiah Power Ranger di hari
saat ia ultah. Karena pada saat saya ultah, saya mendapatkan hadiah
Power Ranger warna merah dan ia sangat menginginkannya. Menurut dia,
saya tak pantas mendapatkan Power Ranger jika saya selalu
mengidolakan Kesatria Baja Hitam. Berdamailah dengan diri sendiri,
maafkanlah dirimu!.
Dari keputusan career
break seorang NR. Saya menjadi orang yang terbelajar bagaimana
kita dengan impian, passion, dan melawan kenyamanan. NR sekarang
sudah kembali ke tanah air menjalani sebuah refleksi diri dengan
membuat buku yang berisikan pengalaman perjalanannya. Berbagi
pemikiran-pemikiran dan pengalaman saat perjalanannya. Inspiratif
sekali!. Mari keluarlah dari kotakmu, kalau saya boleh meminjam
bahasa keren dari itu: “Out Of The Box-Lah Saudara-saudara
sekalian!”
2 komentar
out of the box, bukan hal yang sederhana. tetapi efeknya sangat luar biasa bung! :)
BalasHapusTOP!! :)
Hapus