Reading
Add Comment
Mungkin saya sedang sial. Karena
keberangkatan menuju Flores yang saya rencanakan berangkat pada tanggal 27
Desember 2013 ternyata batal begitu saja. Seorang teman yang memutuskan untuk
berangkat sendiri tanpa mengabari saya, tiba-tiba tidak dapat dihubungi.
Akhir Tahun 2013
ngomel
Padahal jika keberangkatan saya
ke Flores benar terjadi, saya akan menghabiskan akhir tahun di sana. Mungkin
bisa jadi ini karma.
Tiga hari sebelum hari Natal,
saya berada di Bandung untuk membantu kawan-kawan birder dari Selangor Malaysia
melakukan meeting converence bersama
beberapa komunitas yang berada di Kota Kembang. Kebiasaan buruk yang orang lain
sering sematkan kepada saya adalah mengatakan bahwa saya jarang sekali melihat handphone saat bekerja atau sedang sibuk.
Menurut saya, jika ada hal yang amat penting, pastilah ada dering seluler yang
terdengar oleh saya. Sisanya seperti pesan singkat, mungkin baru benar-benar
mendapat perhatian, saat rehat atau saat tiba di penginapan.
Sudahlah saya tidak ingin membahas
lebih jauh mengapa saya jarang memegang seluler terlalu lama. Karena mungkin
hal itu bisa jadi hal yang sangat sensitif bagi saya. Saya hanya ingin
menceritakan beberapa kejadian di akhir tahun 2013 yang saya putuskan untuk
melewatinya di Kota kelahiran saya: Surabaya.
Mungkin tulisan ini berawal dari
perasaan tergelitik, dengan pesan singkat dari seorang kawan perempuan yang saya
terima beberapa hari lalu. Ia menanyakan, “tumben
kamu gak kemana-mana?”
***
Setelah acara meeting converence usai diadakan di
Bandung. Saya kembali melakukan aktivitas normal seperti biasa. Berkeliling
kota setiap pagi. Kemudian siang hari, sesekali singgah di kedai kopi untuk browsing dan membalas email, kemudian
sore hari sampai petang menyempatkan untuk menengok kumbung jamur yang memang
sering saya tinggalkan akhir-akhir ini.
Mungkin setelah perpisahan dengan birder Selangor di
Bandara Bandung (yang kata orang Malaysia, bandara itu hampir menyerupai kedai
kopi atau rumah toko jika dibanding bandara internasional). Saya tertawa
jika mengingat perkataan Tuan Lecimanan itu. Saya kembali menghabiskan waktu
libur, atau senggang bersama rekan-rekan. Kebetulan beberapa diantara kami
memiliki hobi yang sama, yaitu mengamati burung liar.
Tanggal 28 Desember 2013
Setelah bersahabat dengan perasaan
mangkel, gara-gara tak jadi berangkat
ke Flores. Saya memaksa membuang perasaan mangkel itu, untuk kemudian pergi ke
tambak wonorejo. Seperti biasa, saya melakukan pengamatan rutin dan beberapa
mencoba peruntungan untuk foto burung.
“Siang ini memang cerah,” kata
mas Lukman sambil memasang lensa.
Perkataan itu diamini oleh Pak
Boeseth.
Dan kemudian meneruskan
perkataannya dengan kalimat optimis,
“Cuaca seperti ini baik untuk
pencahayaan foto satwa mas.”
Waktu itu kami memang memilih
pinggiran bosem sebagai lokasi pengamatan. Kami menunggu dengan santai sembari
bertukar pengalaman tentang cara menunggu burung yang baik dan sopan. ‘Sopan’
seperti tidak memakai pakaian yang berwarna mencolok, sampai setiap melakukan
pengamatan haram hukumnya memakai wewangian.
“Burung juga mempunyai saraf penciuman, jadi saat ingin mengamatinya
carilah lokasi yang tidak membelakangi arah angin ke arah obyek (burung),
burung bakalan kabur saat kita membelakangi arah angin.”
Kalimat itu yang sering saya
dengar dari senior bird watcher.
Setelah menunggu lama, buah
kesabaran kami menunggu burung kuciut kerbau menampakkan hasil. Burung dengan
nama latin Motacilla flava resmi kami
dapat penampakkannya. Cekrikk, cekrrikk, cekrriikk..
Tanggal 29 Desember 2013
Entah bisa dibilang waktu itu adalah
minggu teraneh. Saya yang menghabiskan waktu setelah shubuh dengan kembali
berbaring di kasur. Memutar mp3 dengan lantunan suara Sting dan kemudian
sesekali berganti dengan suara dentingan gitar yang dibawakan Adhitia Sofyan
dengan Blue Sky Collapse. Sangat slow. Begitu seterusnya, sampai menjelang
pukul 9:00, dan kemudian saya bangun dengan perasaan enggan.
Sore hari, saat ingin mengakhiri
kunjungan rutin kumbung jamur kesayangan, ban belakang motor saya kempes. Saya tidak
langsung berhenti untuk mengeceknya, saya malah memutuskan untuk memacunya
lebih cepat, karena di belakang motor saya beberapa kendaraan yang tidak sabar menyalakan
kelakson dengan nada tanpa ampun. Sial benar. Ban saya bocor, tertusuk kawat
besi dan harus berjalan dengan perut lapar untuk mencari bengkel.
Setelah tiba di rumah, saya
memutuskan untuk segera berbaring di kasur, sembari menyalakan kipas angin.
Sayup-sayup angin dari kipas membuat saya mengantuk.
Mungkin intinya adalah 5 menit
sebelum saya memutuskan untuk tidur. Saya mencoba menghubungi seorang kawan perempuan
yang saya kenal saat kami berdua bertemu di SMA. Dulu sebelum ini, kami berdua
adalah dua orang yang sangat jarang berkomunikasi satu sama lain. Apalagi
bertemu. Mungkin juga dulu kami belum mendapat frekuensi ini, mungkin juga
sekarang pun masih berlaku. Entahlah.
Anehnya, ada beberapa
perbincangan yang mengalir begitu saja. Seperti bertemu dengan kawan lama, dan
malam itu seperti dua karib bertemu, kemudian mencurahkan apa saja dan tentang
apa saja yang selama ini kami lalui. Entahlah aneh rasanya, perasaan apa ini?
Jika Alvin Zirtaf menulisnya, saat cupid datang tanpa batas waktu, apakah cupid
datang malam itu? Mboh wes.
Tanggal 30 Desember 2013
Mamak datang menemui saya.
Mungkin perasaannya akhir-akhir ini begitu cemas saat mengingat saya. Keluar
masuk hutan, keliling pulau seorang diri, dan jarang sekali pulang. Kalaupun
pulang hanya tidur seharian karena saya begitu kelelahan.
Saat beliau datang, saya langsung
memeluknya. Saya tidak banyak melakukan pembenaran ataupun mengawali untuk
bercerita tentang pengalaman saat travelling. Menurut saya, itu tak penting. Baginya,
melihat saya berbahagia dan selau sehat, itu sudah cukup membuat tidurnya
pulas.
“Bunda, Maafkan saya yang selalu lupa untuk mengucapkan selamat hari
Ibu padamu.”
Tanggal 31 Desember 2013
Sore tadi saya putuskan ke toko
buku (lagi). Memang saya akui, selain menulis saya paling bodoh untuk memilih
bahan bacaan. Bukan berarti saya tidak menghargai karya orang lain, bukan
seperti itu. Niat awal dari rumah, saya ingin membeli beberapa bahan bacaan (buku)
untuk teman pergantian tahun baru. Namun setelah tiba di lokasi, saya malah
memilih novel romance.
Entahlah, apa yang sedang saya
pikirkan semua nampak random tak karuan. Sekarang pun saya kembali berkirim
pesan singkat kepada kawan perempuan yang kemarin saya telpon. Argh, semoga
nanti malam turun hujan dengan lebatnya. Saya terlalu cemburu dengan muda-mudi
yang keluar saat ini dan membuat harapan baru sambil berpelukan. Hahaha, kopi mana kopi?
![]() |
Goyah. Akhirnya keluar gowes ke tengah kota. |
0 komentar:
Posting Komentar