Reading
Add Comment
Saat kita membeli beberapa barang
di toko-toko kecil dan besar, kemudian kita membayar dengan uang yang
bernominal lebih besar dari yang kita beli, kita mendapat uang kembali dari
kasir atau penjual. Bentuk uang kembalian tersebut ada yang kertas dan ada yang
koin atau sering saya sebut: receh.
Saya mempunyai kebiasaan menyimpan uang-uang receh tersebut pada kantong bekas berbahan kain. Biasanya jika saya
melakukan perjalanan, kantong yang berisikan uang receh tersebut saya bawa dengan berbagai tujuan, seperti saat saya
memutuskan pergi menggunakan bis ekonomi, tak jarang uang receh sebagai tip untuk ‘musisi
jalanan’. Apalagi jika saya terpaksa pergi ke toilet umum, uang receh sebagai ‘syarat’ untuk mengganti
jasa kebersihan di toilet tersebut. Pernah saya berkegiatan di luar ruangan, saat
saya dan kawan-kawan selesai mendirikan tenda, kami memutuskan untuk bermain poker tanpa hukuman dan sore itu
benar-benar membosankan, ujung-ujungnya recehan yang saya punya menjadi taruhan
untuk menyemarakkan permainan.
#30HariMenulis
#MenaraReceh
Tantangan
Pernah kita dengar beberapa hal
dikaitkan dengan receh, ambil contoh
untuk seseorang (warga sipil) yang mengatur lalu lintas di pertigaan dan
perempatan yang kerap kali macet. Mereka dijuluki dengan polisi cepek atau polisi receh. Malah julukan receh
yang pernah saya dengar ada yang extreme,
biasanya julukan tersebut diberikan untuk laki-laki/wanita yang gampangan, dengan sebutan laki-laki receh atau wanita receh. Haduuh..
Pada tahun 2000-an, receh
juga dijadikan sebuah pergerakan kemanusiaan. Pernah kita dengar koin untuk si
Anu dan si Itu, sebagai wujud bantuan kesehatan atau perekonomian. Receh diibaratkan sebagai bentuk
persatuan dan kesatuan, dari hal yang amat kecil dan remeh temeh, tetapi
memiliki nilai yang luar biasa kuat dan besar. Berapapun besaran nominal uang
yang kita punya sekarang, tak dapat ‘berbunyi’ jika kita tak mempunyai koin
Rp.100,- atau kurang dari itu.
Pada malam akhir pekan, saya
melihat sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta, dengan acara
tantangan untuk salah satu anggota keluarga. Tantangan tersebut bermacam-macam,
beberapa hal yang menarik bagi saya adalah tantangan yang diberikan berupa
hal-hal remeh dan jarang sekali kita perhatikan. Ambil contoh tantangan untuk
meniup koin dari permukaan meja atau permukaan yang datar untuk dapat masuk
kedalam gelas. Sepele, tapi apakah kita bisa melakukannya dengan baik?, belum
tentu.
Mungkin untuk meniup koin supaya
dapat masuk kedalam gelas, nampak mustahil. Baik, mari kita coba untuk menyusun
koin secara vertikal, seperti yang sering kita lihat di acara perlombaan dan
tantangan berhadiah. Apakah anda sudah pernah mencobanya?
Saya pernah mencobanya. Pertama,
saya menyiapkan koin/receh yang
sering saya kumpulkan. Saya mencoba langkah awal dengan jumlah Rp.33.600,- dan
berhasil. Receh yang saya pakai untuk
menyusun membentuk ‘menara receh’
tidak sejenis, melainkan dari beberapa nominal yang berbeda seperti uang
Rp100,- warna perak dan kuning; Rp200,- warna perak; sampai Rp500,- warna perak
dan kuning. Tingkat kesulitan jika saya dapat mengatakan sama, malah lebih
bervariasi jika dibandingkan dengan satu tipe nominal uang receh, seperti
semuannya Rp100,-. Kesulitan lain dari yang saya coba adalah permukaan uang
receh yang saya gunakan tidak semuanya mulus, kita tahu uang dari hasil
kembalian di Indonesia bermacam-macam sumbernya, mungkin bekas kembalian dari
pasar, mungkin juga dari bekas pijat urut ditambah lagi bekas ‘kerokkan’ untuk orang masuk angin.
Sangat bervariasi.
***
Nampak sepele, bukan. Tapi tunggu
dulu jika anda belum pernah melakukannya dengan uang receh yang anda miliki, “jangan berucap seperti itu!”. Saya menantang
kalian, untuk membuat sebuah Menara
Receh dengan media uang receh yang
anda miliki tentunya. Berikut uraiannya:
1. Media tantangan yang digunakan
berupa uang koin Indonesia (Rupiah).
2. Tantangan peserta untuk Membuat Menara Receh dengan komposisi
uang receh sebagai berikut:
- Uang Rp500,- warna perak sebanyak 10 keping,
- Uang Rp500,- warna kuning sebanyak 4 keping,
- Uang Rp200,- warna perak sebanyak 40 keping,
- Uang Rp100,- warna perak sebanyak 200 keping,
Jadi total koin yang
digunakan dalam tantangan ini sebanyak Rp35.000,-.
3. Menara Receh yang dibuat harus
vertikal dan tanpa bantuan alat seperti selotip dan perekat lainnya. Dalam
penyusunannya tidak terpatok atau (tidak harus urut) dari besaran nominal uang
yang sudah menjadi persyaratan.
4. Setelah Menara Receh terbangun
dan berdiri, ukur tinggi Menara Receh
tersebut dan kemudian dokumentasikan melalui foto dengan format .JPEG.
5. Hasil tantangan Membuat Menara Receh, difoto dengan
ukuran kurang dari 1 MB dan dikirim ke email abdurrahmanazhimali@gmail.com dengan judul ‘Tantangan Uang Receh’. Yang berisikan hasil foto uang koin yang
sudah berdiri secara vertikal, foto komposisi uang koin yang digunakan (seperti
yang sudah saya contohkan, secara horisontal), kemudian tinggi menara receh (dalam sentimeter) yang telah anda buat. Sertakan
nama lengkap, nomer handphone yang
dapat di hubungi dan acount twitter
(jika anda mempunyai).
![]() |
Komposisi uang yang saya gunakan. |
6. Hasil foto Membuat Menara Receh dikirim paling lambat tanggal 5 Maret 2014, dan pengumuman pemenang tantangan Membuat Menara Receh akan diumumkan via
twitter dan foto hasil dari Membuat Menara Receh, akan di upload
pada tanggal 14 Maret 2014. Melaui acount twitter: @tuan_ali
7. Penilaian meliputi kesesuaian
koin/receh yang dipergunakan dalam mengikuti tantangan. Berhubung hasil
tantangan dinilai dari media foto, keunikan dari foto yang dikirim juga menjadi
poin plus.
8. Peserta yang beruntung akan
mendapatkan voucher pulsa elektrik sebesar Rp100.000,- dan satu Buff (multi-purpose).
9. Info update tantangan Membuat Menara Receh, baik konfirmasi
keikutsertaan dan info-info yang berkaitan dengan tantangan. Diberikan kode #MenaraReceh
pada Twitter.
10. Semoga beruntung kawan-kawan
untuk membuat #MenaraReceh.
0 komentar:
Posting Komentar