Reading
2
Comments
![]() |
Aurat yang Yummy.. |
Berawal dari cerita ini.
Saya bertemu dengan teman saya sewaktu SMP, sebut saja dia Bagio.
Bagio dulu waktu SMP memang terkenal pendiem. Tak juga
memiliki sifat pendiem, si Bagio juga punya sifat yang sepaket dengan
diemnya, yaitu sabar. Pernah waktu itu, Bagio dikerjai habis-habisan
seperti dicomblangin dengan ‘bunga sekolah’ kami saat itu.
Alhasil muka Bagio memerah bak pantat sapi yang sedang estrus.
Pernah juga Bagio disembunyikan di toilet wanita, saat jam olahraga
berlangsung. Bukannya marah, ia malah bikin puisi didalam toilet dan
akhirnya puisi tersebut terpampang di mading sekolah dengan judul
‘sabar di dalam toilet’.
Bagio yang saat sekolah
tak pernah dekat dengan wanita di sekolah kami, apalagi terlihat
jalan berdua dengan seorang wanita. Bagio mungkin bisa dikatakan
single 24 tahun, waktu itu. Tapi baru-baru ini saya bertemu
dengannya, di salah satu mal di Surabaya, ia terlihat lebih gemukkan
sambil menggendong bayi laki-laki yang sangat lucu. Sontak saya kaget
melihat parasnya. Seperti sebuah metamorfosa yang tak sekalipun saya
bayangkan sebelumnya. Bagio SMP dengan segala sifat penakut, dan
kediemannya sekarang Bagio berubah bak seorang bapak yang superior.
Kenapa superior?, karena beberapa menit sebelum saya benar-benar
menyapa dan mengagetkannya, Bagio culun yang saya kenal waktu SMP
ternyata juga bersama wanita. Wanita yang sedang bersamanya ternyata
istrinya. Wanita ini atau istri Bagio mengenakan jilbab merah muda,
dia tak pendek dan juga tak tinggi dengan setelan senada dengan
jilbab yang ia kenakan terasa setiap pria yang memandangnya merasa
adem. Astaghfirulllah.
Tidak ingin mengganggu
acara Bagio dan keluarga, saya memutuskan untuk meminta nomer
handphone karena saya yakin perasaan bangga plus kaget
ini belum terpuaskan waktunya. Mungkin lain kali saya akan
menghampirinya, dan ngobrol habis-habisan.
***
Bagio, Wanita, dan
Aurat.
Bagio pernah bertanya
pada saya tentang kaitan coklat dengan wanita. Waktu itu ia bertanya
jika ada dua batang coklat yang ia miliki, satu terbungkus dan coklat
berikutnya tak terbungkus. Kemudian jika kedua coklat tersebut
dijatuhkan ke tanah, coklat manakah yang akan saya ambil dan kemudian
memakannya?. Saya jawab, jelas coklat yang terbungkus. Begitulah
Bagio mengibaratkan memilih wanitanya untuk dijadikan istri, dia
memilih Lina (sebut saja begitu) sebagai istrinya karena selain
terpesona dengan paras yang berhijab, dia juga mengakui seseorang
yang ia nikahi satu tahun yang lalu itu mempunyai kepribadian yang
luar biasa terjaga. Ibarat iklan minum tolak angin: Bagio orang yang
bejo.
“Man, saya dulu
dikenal sama teman-teman memang orang yang luar biasa penakut dan
penuh pertimbangan. Sekarangpun saya masih tetap. Tetapi ada beberapa
hal yang saya rubah setelah saya dengan Lina, yaitu sebuah keberanian
untuk berbuat baik dan membagikannya (pengalaman) kepada siapapun,”
Bagio merasa menyesal baru melakukannya akhir-akhir ini. Keberanian
itu muncul saat ia melihat Lina di bangku perkuliahan. Lina adalah
salah satu orang yang membuat Bagio menjadi berani seperti yang saya
lihat sekarang. Mungkin Bagio tidak cukup berani untuk membagikan hal
selain pengalamannya, hehe.
Bagio juga mengatakan
bahwa wanita-wanita yang sekarang ia umum temui membuatnya bingung.
“Lah kenapa?”, tanyaku bersemangat. “Wanita-wanita
saiki man, makin wani ngetokno anune” (wanita-wanita sekarang
semakin berani memperlihatkan anu-nya), komentar Bagio dengan
sedikit meringis kepada saya. Mungkin inilah salah satu alasan Bagio
untuk selektif memilih wanita.
“Apa yang membuat
aurat bisa membuat banyak orang sangat penasaran ingin melihat?
Meskipun bentuknya juga gitu-gitu aja? Sangat sederhana, karena dia
selalu disembunyikan,” ucap Bagio dengan nada yang jelas.
Kalau kata kang Swiss, “Semakin tinggi gunung menjulang,
semakin tertantang orang untuk menaklukkannya. Seperti hukum
termodinamika, semakin besar energi laju benda, semakin besar tenaga
yang dibutuhkan untuk menghentikannya”. Mungkin saya sedikit
bingung, karena ilmu saya untuk hal ini masih cetek jika
dibandingkan dengan Bagio dan kang Swiss.
Beda Bagio dan kang
Swiss, dengan pengalaman Mrs. T dalam blognya The Naked Traveller
saat melakukan perjalanannya menuju Onsen yang merupakan pemandian
air hangat di Jepang. Mrs. T dalam pengalamannya ‘mandi bugil’
juga beropini bahwa, “Kalau dari kecil sudah biasa melihat
ketelanjangan, mungkin di sana nggak ada tukang ngintip atau bahkan
pemerkosaan. Bukankah yang ditutup-tutupi justru bikin orang
penasaran dan malah ingin “membukanya”?”.
Ada pertanyaan, mengapa
yang enak-enak itu dilarang, malah juga diharamkan?. Mungkin logika
sederhananya, yang dilarang, dan sesuatu yang disembunyikan, atau
mungkin sedikit berunsur kemalu-maluan, itu pasti enak.
Ah, saya masih kepikiran
sama tulisan kang Swiss tentang, “Aurat adalah hal yang memang
harus disembunyikan, ataukah aurat adalah sesuatu yang enak?”.
2 komentar
Setau saya orang Indonesia itu punya sifat mudah penasaran dan tidak bisa lihat barang nganggur. Kalau dikombinasikan jadilah sifat tukang intip tersebut.
BalasHapusIndonesian people are people who care. haha :D
BalasHapus