Reading
Add Comment
Cerita sebelumnya:
Rolling In The Deep (Part 1), Rolling In The Deep (Part 2), Rolling
In The Deep (Part 3)
![]() |
Cover Rolling In The Deep (Part 4) - Danau Taman Hidup. |
Dua-belas Maret, pukul
6:33 merupakan pagi yang indah, saya mendengar alarm alam saat
itu dengan suara kicauan burung-burung hutan membangunkan saya di
dalam tenda berselimutkan sleeping-bag, ditambah lembutnya
belaian udara gunung membelai tiap persendian. Kami berduabelas orang
yang semalam melakukan tracking terpaksa menghentikan
perjalanan. Kami berhenti di persimpangan jalur. Entah, tak ada tanda
atau plat yang menjelaskan keberadaan kami. Lokasi kami berada dekat
aliran sungai yang mengering, mungkin bisa dikatakan bekas sungai.
Dan di daerah sekitar kami mendirikan tenda terdapat semak dan
tumbuhan perdu. Pagi yang indah waktu itu sedikit tertutupi dengan
perasaan was-was, apalagi kalau bukan persediaan air. Estimasi
perjalanan menuju Danau Taman Hidup, mungkin masih tiga jam
perjalanan. Kami memutuskan untuk sarapan cepat pagi itu, dengan
mengunyah ‘roti bungur’. Roti bungur adalah roti yang berupa
biskuit lebih tepatnya, dan sudah tak utuh bentuknya. Bisa di katakan
roti afkir (baca: roti bekas). Salah seorang teman membelinya
di Bungurasih (terminal Purabaya-Surabaya) maka dari itu dinamakan
roti bungur. Melihat wujudnya, mungkin biskuit ini biskuit sisa-sisa,
biskuit remek-remek bekas dimakan orang lalu daripada dibuang,
mending dijual. Tapi menurut saya ini camilan paling luar biasa untuk
momen pagi yang pernah saya jalani, dengan sedikit terganjal saat
mengunyah, karena belum gosok gigi.
Kami melanjutkan
perjalanan, yang rencana akan tiba di Danau Taman Hidup dengan
estimasi waktu 3-4 jam perjalanan. Kami melewati tanjakan dengan
medan kanan-kiri menjulang Rumput Gajah setinggi 1,5 meter. Kami
berjalan satu jam lamanya, dengan persediaan air yang kami irit-irit.
Saya masih mengira jalan menuju Danau Taman Hidup akan
menurun, ternyata tak semuanya benar. Setelah berjalan cukup lama
saya kemudian menghilangkan pikiran dan perasaan itu, tak disangka
kami diberikan bonus pemandangan yang luar biasa indah. Pemandangan
yang berada di lereng bukit yang dapat melihat beberapa dataran
rendah perkotaan termasuk pantai dan lautan. Saya tamati lagi
pemandangan yang melengkapi pagi indah saya, ternyata beberapa
pegunungan terlihat di sana. Saya dapat melihat pemandangan yang
menuju kearah antara utara dan barat, terlihat Mahameru dan
pegunungan lainnya. Kami terpaksa menikmatinya terlebih dahulu,
dengan sedikit pendokumentasian dan sejenak suasana hening untuk
benar-benar menikmati pemandangan pagi yang luar biasa waktu itu.
Sekitar setengah jam kami
berhenti untuk mencintai keindahan pagi yang memperlihatkan panorama
yang sungguh luar biasa indahnya. Kami meneruskan langkah demi
langkah menuju Danau Taman Hidup, perjalanan cenderung menurun
melipir perbukitan. Pemandangan lereng masih saja menggoda untuk di
gumuli, tetapi pandangan mata ini harus tetap terfokus pada langkah
karena banyak jalan yang berlubang dan berbatu jika kita tak
hati-hati tak jarang kita tersandung.
Dua jam kami berjalan,
sampai pada aliran sungai yang harus ditempuh melewati batang pohon
yang miring untuk dapat menikmatinya. Kami berhenti sejenak di sini,
mengisi air, dan beberapa rekan menghisap kreteknya dengan sedotan
yang dalam, Puaaaasss sepertinya bertemu sumber air.
Tepat pukul 10:30 kami
tiba di Danau Taman Hidup, sebelumnya saya tak mengetahui kami
akan berhenti di tempat seperti apa, tetapi rekan-rekan yang berada
di barisan depan sudah teriak-teriak, “Tuuuu, Tuuuuu,..”. dan
teriakan bersyukur tak terbendung lagi. Saya yang berada di barisan
paling belakang, juga ikut-ikutan teriak, menambah maraknnya suasana.
Setelah salah satu rekan berteriak Danau Taman Hidup, saya
semakin mempercepat langkah untuk segera.
Subhanallah, hamparan
rumput yang berbaur dengan air, becek-becek gitu. Dan kami
berlari mendekati bibir danau, menyerupai adegan berlari
tentara-tentara di film Band Of Brother dan Saving Private Ryan
dengan settingan becek-becek dan benar-benar gak ada
ojek, apalagi Cinta Laura. Danau Taman Hidup adalah danau yang
menurut pengamatan saya luar biasa magis, pada pengamatan awal saya
danau tersebut awalnya sangat jelas tanpa kabut, setelah kami
berdua-belas datang dan sangat norak (teriak-teriak ala ceribelle),
tiba-tiba mendung datang dan pemandangan tak lagi jelas untuk
dilihat. Mungkin sudah waktunya mendung dan turun hujan. Tapi menurut
sebagian rekan, yang sudah pernah menikmati dan mencintai Danau
Taman Hidup mengatakan serupa, seperti yang saya alami. Malah ada
beberapa hal yang ekstrim, sampai turun hujan saat mereka gaduh di
area Danau Taman Hidup.
Perjalanan saya di Gunung
Argopuro memberikan banyak edukasi yang sangat mengena pada pribadi
ini, selain kekuatan fisik dan mental. Argopuro mengajarkan bagaimana
cara untuk bersabar dan mengerti rekan sesama perjalanan, walau
bagaimanapun kesiapan kita untuk berjalan dan melewati medan yang
luar biasa menantang, tetap kita tak bisa meninggalkan dan mengerti
kesiapan rekan kita yang bersama kita. Ambilah contoh saat kami
melakukan tracking malam menuju Danau Taman Hidup, ada
rekan yang mengalami permasalahan dalam sandal dan bagian kaki yang
lecet karena gesekan sandal akibat licinnya medan yang kami tempuh.
Kami terpaksa berhenti dan menunggui dia untuk mengganti sandalnya
yang penuh dengan lumpur dengan sepatu. Padahal pada awal saat
sebelum melakukan perjalanan kami menganjurkan untuk memakai sepatu,
karena daya cengkram tapal sepatu lebih kuat jika dibandingkan dengan
sandal, tetapi rekan saya mungkin merasa nyaman menggunakan sandal
saat itu. Mungkin sebuah kenyamanan pribadi tak selamanya menjadi
pilihan bijak untuk sebuah kenyamanan tim/orang lain.
Selain itu, Argopuro
memberikan makna dalam menggapai sebuah tujuan dalam kehidupan.
Bagaimana saya harus menuntaskan perjalanan dengan track yang
menantang naik dan turun seperti jalur rollcoaster, dan bisa
kita bayangkan saat musim penghujan yang dapat dipastikan perjalanan
bakal licin luar biasa. Jalan sebelum menuju Cikasur menurut
saya adalah jalur pemanasan mental yang sangat berarti, kami melewati
jalan setapak yang ukurannya selebar roda sepeda motor memaksa kita
untuk berjalan layaknya peragawati dengan medan hutan yang lebat dan
membawa tas yang lumayan berat. Perjalanan ini membuat perasaan saya
bercampur aduk, antara ingin melanjutkan dan berputar arah untuk
balik. Ada beberapa kesamaan dalam hal mencapai tujuan dalam
kehidupan, mungkin tak jarang dari kita untuk berhenti ditengah jalan
untuk sebuah mimpi dan gapaian hidup karena perasaan ragu dan kurang
tatag (baca: teguh).
Dari memulai perjalanan
sampai kondisi saat kami akan mengakhiri perjalanan (pulang), kami
mendapatkan ujian dalam keteguhan hati. Setelah kami menuntaskan
momen di Danau Taman Hidup, kami bergerak meninggalkannya
dengan satu visi di depan mata yaitu pulang. Tetapi tunggu dulu,
Argopuro memberikan pengalaman kontemplasi tersendiri untuk mencapai
jalanan beraspal dan bertemu kearifan lokal warga desa Rengganis,
kami harus menuntaskan perjalanan melewati jalanan yang menurun dan
dipaksa melewati jalan yang tertutupi semak belukar dan batang pohon
besar yang roboh menutupi jalur track. Jalur menuju desa
Bremi, jika kita melaluinya dari Danau Taman Hidup
banyak sekali percabangan jalan, kepercayaan tim dan mental tim diuji
di jalur ini. Sama halnya dengan saat kita memutuskan untuk mencari
jalan keluar untuk permasalahan kehidupan kita, tak jarang opsi jalan
keluar yang ada sangat beragam. Jika kita salah memilih jalan keluar,
tak jarang kita terjerumus dan menyesal. Tapi saya berprinsip lebih
baik gagal daripada kau tak mencobanya sama sekali. Atau matilah
dengan keyakinanmu, daripada kau hidup dari sebuah keraguan.
Butuh satu hari setelah
perjalanan Argopuro saya memulihkan persendian yang njarem-njarem,
sungguh luar biasa perjalanan kemarin. Saat ini saya sedang mengulang
kembali momen-momen pendakian bersama rekan-rekan di sebuah warung
kopi, bercerita dan bersyukur atas pembelajaran yang Tuhan berikan
pada kami, sungguh sebuah perjalanan dan pembelajaran yang tak kau
dapati di bangku sekolah apalagi pembuatan skripsi. Bagaimana sebuah
perjalanan dapat sangat berarti bagi proses kehidupanmu?.
Photos Story: Rolling In The Deep (Part 4)
Lihat juga Gallery Photos
Story: Rolling In The Deep (Part 1), Rolling In The Deep (Part 2),
Rolling In The Deep (Part 3)
0 komentar:
Posting Komentar