Reading
1 Comment
“Alhamdulillah Man, Hari ini kita panen jamur 12 kilo. Kalau hari ini
luang, kau bisa mampir ke rumah. Kita akan syukuran dan makan besar.” –Asyeb Awwaluddin
Pesan singkat dari Asyeb diatas,
seperti semilir pagi yang membangunkan mata Saya yang baru setengah sadar dari
tidur Minggu pagi. Asyeb adalah rekan Saya sewaktu kuliah, dan sekarang ia
adalah salah satu karyawan tetap di biro perjalanan haji dan umroh. Disela
kesibukannya, ia adalah pimpinan (direktur) kami di usaha micro urusan jamur. Ya, jamur tiram putih.
Bioasa Karya Nusantara
ngomel
![]() |
Foto oleh: Asad Trisandi. |
Tahun 2010
Sebelumnya, kami (Saya, Dimas,
Abi, dan Asyeb). Terlibat dalam satu tim pembuatan proposal wirausaha untuk
diajukan ke Dikti yang bekerjasama dengan Universitas Ciputra. Kegiatan tersebut bermula dari tawaran
seorang rekan kami bernama Adit.
Saya dan Adit mengawali beberapa
penelitian tentang manfaat buah Nipah untuk bahan utama pembuatan tepung
alternatif. Kegiatan terus berlanjut, yang pada akhirnya Saya dan Adit
memutuskan untuk mengikuti beberapa program karya ilmiah ke beberapa event. Kegiatan sampingan kami selain
kuliah itu, diketahui oleh Ibu Adit yang kebetulan menjadi bagian penting dari Kemenristek (tentang riset dan teknologi). Gayung bersambut, rencana kami tersebut
direspon begitu positif oleh sang Ibu. Beberapa poin pentingnya adalah kegiatan
kami untuk program pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Surabaya. Kemudian
kami membuat proposal untuk diajukan ke pihak Dikti.
Saat proses pembuatan proposal,
kami berubah pikiran tentang tema. Mengapa? Karena penggarapan tentang tema “Nipa”
yang sudah kami lakukan cukup ribet dan kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
Baik dari segi sumber, maupun pengelolaannya. Mengingat buah Nipa di wilayah
pesisir pantai sangat langka, selain itu prosesnya yang membutuhkan mesin
pencacah yang belum umum di pasaran. Apalagi kami (Saya dan Adit) tergolong
awam untuk bidang botani, meskipun beberapa ilmu dasar telah kami dapat saat
perkuliahan. Sebenarnya beberapa kendala tersebut tak jadi soal, lebih dari itu
kami berdua memikirkan aspek keberlanjutan dari tema yang kami ambil tersebut
untuk masyarakat.
Kami mencari beberapa gagasan baru
untuk permasalahan tersebut, akhirnya kami sepakat untuk memilih tema pupuk
organik cair. Mengingat di area pesisir pantai Surabaya, masyarakat masih menggantungkan
hidupnya menjadi bagian dari area-area pertambakan, selain menjadi nelayan dan
pedagang olahan ikan. Harapan kami, dengan adanya pupuk organik cair masyarakat
dapat terbantukan dan dapat menekan biaya pakan ikan budidaya tambak tersebut.
Setelah dipertimbangkan bersama, Saya
dan Adit memutuskan untuk membagi dua tim. Satu tim yang diketuai Adit membuat
tema tentang pupuk organik cair,
sedangkan Saya memegang tema untuk bakteri starter dari pupuk organik cair yang menjadi bahan utama dari tim Adit.
Praktis, kami berdua mencari beberapa rekan untuk dijadikan tandem dalam pembuatan proyek besar ini.
Saat itu berlabuhlah Cipto, Ade, dan Mas Lukman kedalam tim yang
diketuai oleh Adit. Kemudian Saya dengan tema bakteri starter menggandeng Abi, Dimas, dan Asyeb sebagai rekan tim. Kedua
tim ini bertemu bersama dengan harapan menjadi dua tim yang solid serta dapat
lolos ke dalam program Kemenristek.
Alhamdulillah, kedua tim ini
masuk kualifikasi untuk program ristek dan kewirausahaan.
Selang beberapa minggu dari
pengumuman tersebut, kami harus menyiapkan dua orang yang menjadi delegasi tim
untuk mengikuti kegiatan pelatihan kewirausahaan di Tanggerang selama kurang
lebih 3 minggu. Setiap person yang
terdelegasi dilatih menjadi bakal calon wirausahawan yang dibina langsung oleh Ristek
Dikti dan beberapa tim dari Ciputra. Terpilihlah Ade, dan Mas Lukman menjadi
delegasi tim Adit. Sedangkan dari tim Saya, kami mempersilahkan Abi, dan Dimas
sebagai wakil dari tim bakteri starter.
Tahun 2011
Kepulangan Dimas, Abi, dan
beberapa rekan-rekan yang telah mendapatkan pelatihan di Tanggerang, seolah
menjadi kayu bakar baru bagi tungku bakar semangat tim kami. Semangat untuk
berkarya dan bermasyarakat semakin menggelora. Hal ini juga ditunjang dari segi
donasi untuk program yang dilaksanakan, serta yang membuat kami berapi-api
adanya pemantauan langsung oleh Kemenristek.
Kedua tim sepakat mendaftarkan
diri utuk membuat badan usaha sendiri, guna bersaing dan dapat bermain kearah
wirausaha yang lebih masif. Tim Adit dengan CV. Agro Nusantara, sedangkan tim Saya
dengan CV. Bioasa Karya Nusantara. Namun dalam pelaksanaan kali ini ada
beberapa perubahan. Ternyata membuat sebuah badan usaha (CV) haruslah memiliki
kualifikasi seperti: surat tanah, rumah yang akan menjadi alamat perusahaan
tersebut. Perubahan terjadi di tim Saya, memilih Asyeb sebagai direktur CV.
Bioasa Karya Nusantara.
Beberapa roadmap untuk kerja dan pengabdian masyarakat sudah terbentuk. Dalam setiap upaya, Tuhan selalu menyelipkan
kendala untuk kita mengevaluasinya. Kekurangan disana-sini, terutama dari
segi sumber daya manusia. Pada prosesnya sebuah pengadaan bakteri starter untuk bahan utama pupuk organik
cair membutuhkan personal yang benar-benar konsen dibidangnya untuk riset dan
pengembangannya. Akhirnya, dari tim Bioasa merekrut Jery, dan Febriandy untuk
memenuhi pos sektor riset bakteri.
Pada bidang ini kami sepakat
untuk mengklasifikasikannya ke dalam dua bidang tim yang berbeda. Mengingat
setiap tim memiliki gerakan otonom masing-masing dalam lingkup CV. Adit bersama
CV. Agro selaras bermain di Surabaya dan sekitarnya, bermain diarea pesisir
untuk petani tambak dan udang. Sedangkan kami yang memenehui target pengadaan
bakteri starter, dipaksa untuk survive melakukan eksplorasi bidang
garapan. Setelah rembuk sana-sini kami memutuskan merambah sektor pertanian
padi.
Kami mendapatkan sebuah
kesempatan untuk berkarya di wilayah Demak sampai Grobogan, Semarang. Waktu itu
kami mengadakan demoplot untuk
beberapa tanah pertanian padi disana. Kami mencoba beberapa pupuk organik cair yang
kami produksi dari Surabaya untuk membantu petani di Semarang, alhamdulillah
semua berjalan sesuai harapan. Pertumbuhan padi meningkat. Namun setelah upaya
selesai, selalu ada permasalahan baru yang muncul. Permasalahan barunya adalah
penyakit padi yang berbanding lurus dari laju pertumbuhan hijaunya sang padi.
Penyakit seperti sundep, dan wereng semakin meruah. Maklum kami mengusung
konsep organik, wajar jika padi yang begitu segar mengundang beberapa penyakit alam yang singgah. Kami
langsung membawa pulang permasalahan tersebut ke Surabaya dan berupaya mencari antidot untuk beberapa penyakit padi
tersebut.
Terkadang sebuah kebaikan tak
selalu mendapat respon positif. Makelar pupuk mencoba menguasai di area demoplot kami. Alhasil kami yang baru
terjun untuk membantu petani, merasa tersingkir karena tak mendapat dukungan
penuh dari petani. Parahnya lagi ketua Gapoktan pun tak kuasa akan hal ini.
Dengan alasan beragam, malah yang lebih miris adalah menganggap kami adalah
anak bau kencur yang mencoba menjadi pahlawan kesiangan.
“Tak masalah. Kami terlambat bukan berarti kami menjadi terhambat.” –Asyeb Awwaluddin
Tahun 2012
Rencana ristek untuk mendatangi
beberapa tim terealisasikan. Pelajaran yang paling berharga yang dapat kami
ambil adalah sebuah kekonsitenan dalam berkarya bagi masyarakat, bukan hanya
sekedar bekerja.
Saat tim ristek meninjau kinerja
kami, kami semua terasa terlucuti dengan lugu. Kesalahan dan kekurangan diurai
satu-persatu. Awalnya kami tertunduk malu dan lesu. Karena kami merasa tak
dapat menjalankan amanah dengan baik. Ditambah lagi beberapa rekan sudah
memulai menunjukkan egonya masing-masing. Termasuk Saya.
Tapi Saya selalu suka akan cara
pertemanan kami. Selalu ada cara untuk bertemu, saling berpelukan setelah
beradu argumen dengan panas yang begitu menggebu. Kami mempunyai prinsip, lebih
baik kau marah dan menghardik di mukaku, daripada kau meludahiku saat kita tak
bertemu. Kami profesional.
Tahun 2013
Kami mengevaluasi perjalanan
usaha kami yang dahulu. Kami mencari beberapa formula yang baru dan mencari
titik temunya, kemudian berlari untuk mencapainya.
Tahun ini, Alhamdulillah merupakan tahun kebangkitan kami. Start up, baru dari CV. Bioasa. Meski
disana-sini masih ada tambal sulam yang terjadi. Mengapa tambal sulam? Karena
beberapa anggota dari kami mempunyai beberapa kesibukan/pekerjaan yang cukup
menyita waktu dan tenaga di luar CV. Bioasa. Inilah kami:
Jeri, yang telah menjadi karyawan
tetap di perusahaan pakan ternak, menyiapkan waktu disela beberapa shift yang padat untuk selalu memantau
perkembangan CV. Bioasa. Ia adalah sosok pemberani dalam mengambil terobosan
dalam gagasan berbisnis.
Abi, yang baru-baru ini
memutuskan untuk melanjutkan kuliah pada program pasca sarjana di Universitas
Airlangga, juga berupaya untuk menarik investor untuk kemajuan CV. Bioasa,
selain itu ia juga menanamkan sebagian dana di usaha lain di bidang warnet yang
ia kelola.
Febriandy, yang telah menjadi
staf ahli di bidang quality control
pada perusahaan makanan tetap meluangkan waktunya yang padat disela jadwal shift untuk CV. Bioasa. Untuk menunjang
laju CV. Bioasa, ia membuat CV. ekspedisi yang bernama CV. Mitra Alam
Sejahtera, dan ia lah direkturnya.
Asyeb, yang kami ketahui adalah
penampuk tanggung jawab terbesar dari setiap langkah rekan-rekan adalah sosok
‘kompor gas’ tim. Ia pernah menjadi one
man show selama 14 bulan lebih pada langkah CV. Bioasa, saat semua dari
kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun yang Saya ingat dari sosok
seorang Asyeb adalah ia tak pernah menyalahkan tim, namun selalu menguatkan. Lah secara nalar, dia adalah objek yang
tersakiti dari tim, lah kok malah
menguatkan kami. Manajemen yang unik dari direktur kami. itulah kang Asyeb.
Sedangkan selamat datang untuk
rekan kami, Bagus. Kami memang diatas kertas tidak berada satu jurusan pada
saat perkuliahan. Namun diatas rata-rata ia adalah sosok yang bertanggung jawab
mengatur kemana cashflow perusahaan
CV. Bioasa, dan ialah ahlinya. Satu hal dari seorang Bagus yang Saya ketahui,
ia adalah rekan yang tanpa diduga datang membatu secara ikhlas saat semua dari
kami sibuk dan asyik dengan pekerjaan masing-masing, ia adalah rekan yang
begitu berempati melihat Asyeb berjibaku dengan kesendirian mengatur CV.
Bioasa, melebihi kami yang ngakunya
satu jurusan saat kuliah.
Tapi mengapa ada sesuatu semangat
tersendiri saat kita memutuskan untuk bertemu, berkumpul untuk merembuknya. Semua terpecahkan. Sekali
lagi ada yang Saya suka dari tim ini, semangat untuk berpikir positif. Bukan
berarti tak menghitung resiko, namun menyikapi sesuatu hal yang negatif dengan
mencari hikmah dan mempelajarinya. Bukankah itu sangat luarbiasa kawan.
***
Baru-baru ini kami telah
memindahkan beberapa media tumbuh jamur tiram dari kumbung lama kami yang
berada di tambak wedi (Kenjeran-Suramadu) berpindah ke kumbung baru di daerah Jemundo
(rumah Asyeb). Sekarang kumbung baru (Jemundo) berisikan kurang lebih 1000
kantung media tumbuh jamur tiram. Dan tiga hari yang lalu kami telah panen
sebesar 12 kg dan alhamdulillah langsung habis. Meskipun ada yang masih tersisa
itupun tak banyak hanya beberapa ons saja, dan langsung menjadi kudapan lezat
selepas kami memanenya.
Rencana kami kedepan adalah
mendatangkan lagi media tumbuh jamur tiram dengan kisaran 8000 buah dan ada
kemungkinan dapat lebih pada awal bulan September. Besar harapan dapat memenuhi
permintaan pasar di daerah Krian, Sepanjang, dan Jemundo.
Kumbung yang baru di daerah
Jemundo lumayan luas, dengan ukuran 8x6 meter persegi. Kedepan, kami berencana
akan memperluas dengan menambah lokasi kumbung jamur tiram tersebut. Kami tidak
menutup kemungkinan jika ada dari rekan-rekan untuk berinvestasi, menjalin
rekanan usaha, atau hanya sekedar menengok usaha kecil kami yang berada tak
jauh dari pusat pasar terbesar Jawa Timur “Puspa Agro”.
“Bukankah sesuatu hal yang besar dapat kita mulai dari hal yang
terkecil kawan.”
Sebuah kumbung jamur kami yang
baru di Jemundo merupakan langkah awal kami untuk menggapai mimpi. Kami berenam
mempunyai mimpi masing-masing, namun bagi saya pribadi jamur tiram adalah
medium kecil dari luasnya pelajaran hidup yang Tuhan siapkan untuk kita. Karena
malam ini kami sepakat tentang perkataan Bapak Ir. Ciputra yang menjadi
landasan bagi kami dalam berkarya, “Tuhan
menciptakan manusia untuk kita, dan kita mensyukurinya dengan cara memuliakan
ciptaanNya.”
Jemundo, 27 Agustus 2013
*Sembari membuka beberapa file cv. bioasa karya nusantara, dan sebelum
memutuskan untuk tertidur.
*Disela-sela kesibukan kami, kami
masih berharap besar untuk kawan kami Dimas bergabung kembali ditengah-tengah
riuhnya kinerja CV. Bioasa yang sedang menggelora. Karena salah satu pencetus
awal dari tim Bioasa ini tak terlepas dari tangan dingin seorang kawan kami
Dimas yang begitu ulet dan struggle. Com’on Guys, lets play with me!
1 komentar
Manfaat Tersembunyi buah nipah Yang Belum Di Ketahui
BalasHapusAgen Sbobet