Reading
Add Comment
![]() |
Gambar diambil disini. |
Celotehan ringan sebelum tidur, adikku. Menanti sang ibu pergi yang
lama kembali. Ibu, mana, Yah. Ayah, Ibu mana? mana, mana, kok belum
pulang? Ibu mana? Kok lama pulangnya? Ditemani kasur dan guling
pengganti empuknya pelukan sang Ibu, diseliri angin level tiga dari
kipas angin tahun 2000. Semilir angin buat dia semakin mengantuk.
Belum, belum mengantuk Yah, Ibu mana? - Ayah terdiam, sesekali
menghibur dengan cerita anak jaman sekarang, bercerita bukan kancil dan
juga bukan si ipin. Tapi sikecil terus berceloteh, anak jaman sekarang
yang semakin kritis bertanya mirip orang tuannya.
Kesibukan orangtua mungkin salah satunya, yang terpaksa dialami hampir
semua anak-anak jaman sekarang, kebahagiaannya sering digantikan dengan
uang dan barang (macam mainan, dan lainnya) mungkin orangtua menganggap
itu cukup mewakilinya. Tapi tidak untuk sang anak.
Seandainya boneka itu, seandainya mobil-mobilan itu, seandainya
pistol-pistolan itu dapat berteriak lantang, merekapun akan berteriak,
karena tak kuat untuk mewakilkan kehadiran orangtua dan menjaga sang
anak. Karena mereka takut, dan tidak bisa bertanggung jawab jika kelak
sang anak tumbuh dewasa ia akan seperti boneka, dan malahan seperti
robot, tanpa perhatian orang tua, dan bimbingan orang tuanya.
Lalu siapa yang bertanggung jawab jika semua itu terjadi?
Pulanglah Bu, pulanglah, kami tak butuh uangmu, kami tak butuh segala
mainan yg engkau wakilkan untuk mengganti hadirmu, kami butuh kamu untuk
menemaniku dan menjadi saksi besarku kelak.
New York, Amerika Serikat.
*Lima belas menit sebelum tidur.
0 komentar:
Posting Komentar